Kamis, 04 Desember 2014

Sweet Generation

 “Generasi muda penerus masa depan!”. Ya, tentunya kalimat ini sudah tak asing lagi di telinga kita. Hampir di setiap kali pidato Peringatan Kemerdekaan atau Kebangkitan Nasional, Pak Presiden selalu saja meneriakan kalimat tersebut dengan lantang dan semangat. “Generasi muda penerus masa depan!”. Ada sinyal-sinyal yang merambat ketika kalimat ini diteriakan. Sebagai jiwa muda, tentunya akan ada suatu respons secara spontan yang mempertanyakan kebenaran kalimat ini. Apakah kalimat tersebut merupakan realita yang ada? Ataukah baru sekedar harapan? Jika realita, apakah kita telah melihatnya, generasi muda yang berprestasi? Dan jika harapan, apakah kita telah melihatnya, generasi muda yang berusaha meraih prestasi? Jika anda merupakan golongan muda, tak perlu anda tanyakan itu kepada ‘rumput yang bergoyang’ atau ‘awan yang berarak’, namun tanyakan pada diri anda sendiri. Karena jiwa muda itulah yang akan menjawab dengan sendirinya.
                Namun jika kita melihat dari salah satu sisi, kalimat diatas merupakan realita yang telah banyak orang saksikan kenyataannya. Tidak hanya satu atau dua generasi muda yang mampu mengukir prestasinya diatas papan masa depan. Tak perlu kita menerawang jauh ke luar nusantara ini, hanya berjarak beberapa langkah dari tempat kita berdiri telah banyak teman-teman kita yang bisa berdiri diatas panggung keberhasilan. Dan hebatnya, mereka menjalani proses menuju keberhasilan itu dengan senang. Mengapa? Tentu saja, karena bidang yang mereka jalani sesuai dengan bakat dan hobi mereka. Mereka mampu menempatkan bakat yang mereka miliki di tempat dan waktu yang tepat. Katakan saja dia Melody Grace Natalie, 17 tahun. Pelajar kelas XI Stella Duce I Yogyakarta sukses meraih medali emas kategori Life Science pada ajang yang sama melalui karya ilmiah bertajuk “Potential of Squid Eye Lenses as UV Absorber “, yakni memberdayakan mata cumi-cumi sebagai pelindung kulit dari bahaya sinar ultraviolet. “Ide ilmiah ini tercetus karena hobi saya yang suka main di pantai. Saya melihat nelayan kerap terjemur matahari tanpa ada perlindungan untuk kulit mereka,” tutur Melody. Ini hanya satu dari sekian banyak generasi muda yang berprestasi. Namun penulis rasa, ini saja sudah lebih dari cukup memberi kita motivasi untuk berprestasi.
                Semua ini bukanlah masalah kewajiban kita untuk menekuni bidang yang ditekuni orang lain. Bakat bukanlah suatu keharusan kita untuk pintar Matematika, bukan keharusan kita untuk jago sepak bola, buka keharusan kita untuk jitu menembak. Namun bakat adalah suatu tuntutan yang menuntut kita untuk mampu menempatkan apa yang kita miliki di sarang yang tepat. Semua ini adalah hal yang mendorong kita untuk konsisten dan gigih dalam menekuni keahlian yang kita miliki. Dengan seperti ini, tiada lagi suatu alasan yang akan menjadi penekan kita dalam meraih prestasi.
                Dari tiap-tiap jiwa generasi muda –yang merupakan penerus bangsa- telah tertanam bibit-bibit masa depan yang bermacam-macam jenisnya namun tetap memiliki kualitas yang sama. Masalah buah yang dihasilkannya nanti, tentu saja itu tergantung bagaimana kita merawat dan menumbuhkannya. Jika kita memberinya pupuk semangat dan ikhlas tentu saja akan terlahir buah masa depan yang manis nan menyegarkan. Sebaliknya, jika kita memberinya pupuk pesimisme dan keterpaksaan pastilah akan terlahir buah yang kesat dan pahit, yang tentunya akan berdampak buruk bagi ‘kesehatan’ masa depan bangsa ini.
                Tidak ada lagi alasan bagi kita untuk mengeluh dengan bakat yang kita miliki. Yang perlu kita lakukan adalah mengenalinya dan berjuang bersamanya. Panji masa depan ada di tangan kita semua –generasi muda- yang tentunya adalah suatu kewajiban bagi kita untuk menjaganya agar tak jatuh ke tangan para penjajah modern yang menjajah dengan kemajuan teknologi.
“Jangan jadi generasi muda kalo gak berani berprestasi!”
Referensi:
www.koran-sindo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar