“Generasi muda penerus masa depan!”.
Ya, tentunya kalimat ini sudah tak asing lagi di telinga kita. Hampir di setiap
kali pidato Peringatan Kemerdekaan atau Kebangkitan Nasional, Pak Presiden selalu
saja meneriakan kalimat tersebut dengan lantang dan semangat. “Generasi muda
penerus masa depan!”. Ada sinyal-sinyal yang merambat ketika kalimat ini
diteriakan. Sebagai jiwa muda, tentunya akan ada suatu respons secara spontan
yang mempertanyakan kebenaran kalimat ini. Apakah kalimat tersebut merupakan
realita yang ada? Ataukah baru sekedar harapan? Jika realita, apakah kita telah
melihatnya, generasi muda yang berprestasi? Dan jika harapan, apakah kita telah
melihatnya, generasi muda yang berusaha meraih prestasi? Jika anda merupakan
golongan muda, tak perlu anda tanyakan itu kepada ‘rumput yang bergoyang’ atau
‘awan yang berarak’, namun tanyakan pada diri anda sendiri. Karena jiwa muda
itulah yang akan menjawab dengan sendirinya.
Namun
jika kita melihat dari salah satu sisi, kalimat diatas merupakan realita yang
telah banyak orang saksikan kenyataannya. Tidak hanya satu atau dua generasi
muda yang mampu mengukir prestasinya diatas papan masa depan. Tak perlu kita
menerawang jauh ke luar nusantara ini, hanya berjarak beberapa langkah dari
tempat kita berdiri telah banyak teman-teman kita yang bisa berdiri diatas
panggung keberhasilan. Dan hebatnya, mereka menjalani proses menuju
keberhasilan itu dengan senang. Mengapa? Tentu saja, karena bidang yang mereka
jalani sesuai dengan bakat dan hobi mereka. Mereka mampu menempatkan bakat yang
mereka miliki di tempat dan waktu yang tepat. Katakan saja dia Melody
Grace Natalie, 17 tahun.
Pelajar kelas XI Stella Duce I Yogyakarta sukses meraih medali emas kategori
Life Science pada ajang yang sama melalui karya ilmiah bertajuk “Potential of
Squid Eye Lenses as UV Absorber “, yakni memberdayakan mata cumi-cumi sebagai
pelindung kulit dari bahaya sinar ultraviolet. “Ide ilmiah ini tercetus karena hobi saya yang suka main di pantai. Saya
melihat nelayan kerap terjemur matahari tanpa ada perlindungan untuk kulit
mereka,” tutur Melody. Ini hanya
satu dari sekian banyak generasi muda yang berprestasi. Namun penulis rasa, ini
saja sudah lebih dari cukup memberi kita motivasi untuk berprestasi.
Semua
ini bukanlah masalah kewajiban kita untuk menekuni bidang yang ditekuni orang
lain. Bakat bukanlah suatu keharusan kita untuk pintar Matematika, bukan
keharusan kita untuk jago sepak bola, buka keharusan kita untuk jitu menembak.
Namun bakat adalah suatu tuntutan yang menuntut kita untuk mampu menempatkan
apa yang kita miliki di sarang yang tepat. Semua ini adalah hal yang mendorong
kita untuk konsisten dan gigih dalam menekuni keahlian yang kita miliki. Dengan
seperti ini, tiada lagi suatu alasan yang akan menjadi penekan kita dalam
meraih prestasi.
Dari
tiap-tiap jiwa generasi muda –yang merupakan penerus bangsa- telah tertanam
bibit-bibit masa depan yang bermacam-macam jenisnya namun tetap memiliki
kualitas yang sama. Masalah buah yang dihasilkannya nanti, tentu saja itu
tergantung bagaimana kita merawat dan menumbuhkannya. Jika kita memberinya
pupuk semangat dan ikhlas tentu saja akan terlahir buah masa depan yang manis
nan menyegarkan. Sebaliknya, jika kita memberinya pupuk pesimisme dan keterpaksaan
pastilah akan terlahir buah yang kesat dan pahit, yang tentunya akan berdampak
buruk bagi ‘kesehatan’ masa depan bangsa ini.
Tidak
ada lagi alasan bagi kita untuk mengeluh dengan bakat yang kita miliki. Yang
perlu kita lakukan adalah mengenalinya dan berjuang bersamanya. Panji masa
depan ada di tangan kita semua –generasi muda- yang tentunya adalah suatu
kewajiban bagi kita untuk menjaganya agar tak jatuh ke tangan para penjajah
modern yang menjajah dengan kemajuan teknologi.
“Jangan jadi generasi muda kalo gak berani
berprestasi!”
Referensi:
www.koran-sindo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar